Senin, 12 Oktober 2009

hamil diluar nikah..

Kalau ditanya bagaimana rasanya sekarang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga, susah sebenarnya untuk bisa menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Kadang agar kelihatan lebih tegar, aku menjawabnya dengan menceritakan bagaimana keseharian aku mengurus anak sekaligus suami dengan nada ceria seolah – olah aku sungguh menikmati menjadi seorang ibu rumah tangga. Kadang juga agar kelihatan lebih dewasa, aku menjawabnya dengan menggunakan kata – kata bijak seolah – olah aku selalu mensyukuri apapun keadaan aku sekarang.

Tapi pada kenyataannya, tidak seperti itu yang selalu aku rasakan. Pada kenyataannya aku sekarang berumur 21 tahun dan sebenarnya sangat belum siap untuk menjalani hidup beumah tangga apalagi untuk mempunyai seorang anak. Tapi aku tidak punya banyak pilihan karena aku menjadi seorang yang hamil diluar nikah. Pada waktu itu pilihan aku dan itu merupakan pilihan yang paling terbaik adalah menikah dengan orang yang menjadi ayah dari janin yang ada di kandungan aku. Itu semua bukan merupakan suatu masalah yang berat karena kami saling mencintai. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kami menjalani hidup setelah menikah nanti. Banyak sekali masalah yang kami dapat setelah kami menikah.

Antara lain; dimana kami harus tinggal nanti ? apakah sumiku bisa memenuhi nfkahku dan anaknya nanti ? lalu bagaimana dengan sekolahku yang belum selesai ? siapa nanti yang akan membantuku mengurus anakku ?

Butuh pemikiran yang jernih untuk bisa mengatasi persoalan – persoalan tersebut. Dan harus ada win win solution untuk keluarga besar dari pihakku maupun dari pihak suamiku. Ahkirnya kami tinggal di rumah orantuaku yang ada di kota, karena lebih strategis, suamiku dibiyayai oleh orangtuaku untuk melanjutkan kuliah karena suamiku sendiri berasal dari keluarga yang kurang mampu dan sekarang dia sedang berusaha mencari pekerjaan sampingan untuk meringankan beban biaya dari orangtua kami masing – masing yang masih membiayai biaya hidup aku, suamiku dan anakku. Dan aku sendiri keluar dari universitasku yang lama dan pindah ke sekolah pastoral yang biayanya jauh lebih murah dan waktu kuliahnya hanya hari Sabtu dan Minggu. Sedangkan anakku ya harus aku yang mengurusnya tanpa baby siter tantunya karena waktu kuliahku hanya Sabtu dan Minggu.

Gila, ternyata ga gampang menjalani itu semua. Aku sampai bingung bagaimana harus menulisnya disini.

Pertama, karena aku tidak mempunyai sama sekali pengalaman mengurus bayi, semua jadi terlihat menantang bagiku dan yang paling utama adalah adanya masalah aku selalu dipandang sebelah mata oleh orangtuaku, mertuaku dan bahkan ibu – ibu lainnya yang dari teman ibuku dan teman mertuaku. Seakan – akan semua perbuatanku bisa mencelakakan anakku sendiri. Ok! Walaupun aku masih sangat muda dan ini adalah anak pertamaku, bukan berarti aku tidak belajar dan mencari tau tentang mengurus bayi. Bagaimanapun juga aku sudah mempunyai seorang bayi dan aku harus berusaha untuk bisa merawatnya dengan baik. Mulai dari membaca buku tentang merawat bayi, browsing di internet, dan selalu memperhatikan cara – cara merawat bayi yang baik dan benar entah itu dari televisi atau dari ibu – ibu lain. Tapi selalu saja pendapatku dianggap remeh oleh mertuaku dan ibuku sendiri. Enak aja, mereka pikir aku ini cewek bodoh.. mereka selalu mengutamkan mitos dan tradisi tapi aku selalu berusaha mencari tahu apa dibalik mitos – mitos seputar bayi dan memakai pendapat seorang dokter yang sudah dibuktikan kebenarannya. Susah rasanya jadi ibu yang selalu diremehkan orang lain. Bahkan kalau aku sedang menginap di rumah mertuaku, seakan – akan aku ini ga punya hak untuk bisa merawat anakku sendiri. Sampai stress aku kalau nginep di sana. Ujung – ujungnya aku jadi sakit dan anakku juga ikutan sakit.

Kedua, aku selalu dipandang cewek nakal artinya bukan wanita baik – baik oleh masyarakat rumahku, masyarakat gerejaku dan bahkan teman – teman yang dulunya setiap hari selalu menemaniku kuliah. Setelah menikah seakan – akan duniaku yang dulu itu sudah hancur dan punah. Aku selalu merasa tidak punya teman lagi, karena teman yang selama ini aku anggap bisa mengerti aku yang setiap hari selalu bersamaku ternyata setelah mereka tau aku hamil di luar nikah, mereka malah menjauhiku! Hanya untuk sekedar SMS pun tidak mereka lakukan. Apakah aku ini begitu hina di mata mereka ?? apakah arti sebuah pertemanan selama ini hanya berlaku di waktu senang saja ?? aku berpikir, baiklah aku bisa mencari teman lagi yang mungkin nanti bisa lebih baik dari mereka. Ternyata juga tidak segampang itu. Orang selalu memandang sebelah mata dengan status hamil diluar nikah. Selain aku merasa tidak punya teman lagi, aku juga selalu merasa terkucilkan di masyarakatku sendiri. Ibu – ibu selalu memandangku dengan pandangan yang membuatku kesal. Pandangan meremehkan. Masyarkat gereja juga sudah memandangku dengan pandangan sebelah mata. Seakan – akan aku ini sampah masyarakat. Susah rasanya untuk bisa diterima di masyarakat dengan menyandang status hamil di luar nikah.
Fiiuuhhh…. Masih banyak hal lainnya yang susah untuk ditulis saat ini. Apakah selalu seperti ini kehidupan orang yang hamil di luar nikah??
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah selalu berusaha mengambil hal menyenangkan dibalik semua hal yang menyusahkan ini. Ada segi positfnya juga.. aku jadi bisa merasa lebih survive menjalani hidup ini. Life must go on kan…???

Minggu, 27 September 2009

Lebaran.. lebaran..

Semua yang merayakannya pada sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk lebaran. Ga yang miskin, ga yang kaya… semua sibuk mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk persiapan hari lebaran. Karena aku bukan muslim, aku hanya ikut – ikuttan merayaknnya saja. Berhubung suamiku dan keluarga besarnya muslim semua, ya aku jadi ikut merayakannya. Kakak – kakak suamiku yang dari Jakarta, pada pulang semua ke sini, ke rumah orantua suamiku. Karena aku tinggal di rumah orangtuaku sendiri, bukan rumah orangtua suamiku, aku jadi ikut – ikuttan mudik juga. Seandainya aja aku sekarang ga punya bayi, aku sie seneng – seneng aja nginep di rumah mertua. Tapi sekarang bayiku baru berumur 6 bulan. Bukannya apa – apa, tapi aku agak mengkhawatirkan kesehatan bayiku selama nginep di rumah mertuaku. Sekarang aja si baby lagi pilek, padahal di sana tu lebih dingin daripada di sini. Belum lagi nanti perjalanan ke sana yang pake sepeda motor, terlalu terbuka buat si baby, pasti tambah pilek. Dan pasti di sana nanti si baby ga bisa bobo siang, banyak anak kecil dan sodara – sodara yang lain, jadi bising. Pas malamnya, pasti si baby kedinginan, seperti biasanya kalo di lagi nginep di rumah mertuaku. Ditambah lagi, pasti disana nanti bising sama suara petasan, gimana babyku mau bobo…?? 
Mau gimana lagi… itu semua harus kukorbankan untuk merayakan lebaran di rumah mertua. Mau aku jelaskan sampai lidahku copot juga, mertuaku ga bakalan menerima alasan kalo aku ga mau nginep di sana. Penginnya mau nginep di sana Cuma 3 hari doank. Tapi ga tau, dibolehin apa ga!! Aku stress dech kalo anakku sampe sakit sesudah pulang dari rumah mertuaku. Dia baru aja sembuh dari diare. Semoga aja dia ga kenapa – kenapa selama dan sesudah nginep di rumah mertuaku. Soalnya kejadian yang udah – udah, si baby pasti sakit sesudah nginep dari rumah mertuaku. Mungkin karena kedinginan di sana, apa kecapean karena dia ga bisa bobo nyenyak selama di sana. Dan mertuaku serta suamiku tercinta, ga pernah menyadarinya. Walaupun ini anak pertamaku, dan usiaku masih 21 tahun, tapi aku tahu apa yang ga baik dan apa yang baik buat anakku. Gimanapun juga, aku ini kan ibunya. Aku udah mengandung dia selama 9 bulan, melahirkan dia dengan susah payah. Walaupun mertuaku uda beranak 5 dan mungkin pengalamannya jauh lebih banyak daripada aku, tapi kan anakku bukan anakknya. Anakku berbeda dengan dengan anakknya. Aku punya hak penuh atas anakku sendiri, karena aku baik secara hukum maupun secara agama, aku ini syah ibu kandungnya.
Walah… jadi melebar ke mana – mana. Ya jadi, intinya aku bingung sama semua ini. Lebih baik orangtua yang ngalah ma bayi, apa bayi yang ngalah ma orangtua……???
Sialnya, kesehatan bayiku yang harus dikorbankan untuk memenuhi keinginan neneknya. Ya, neneknya kan berpikir bisa menjaga anakku dengan sangat baik selama kami disana. Ya udah, terserah dech. Aku percayakan aja ma beliau. Mulai dech.. aku mulai emosi. Jadi subyektif banget tulisanku ini.
OK!!! Kita liat aja what will happend next… 
Aku ini Cuma seorang ibu yang amat sangat sayang terhadap anak satu – satunya. Cuma seorang ibu yang berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Kadang orang lain susah memahami itu. Bahkan suamiku sendiri. Memang kasih sayang ibu itu butuh pengorbanan. Kata dosenku, ga bakalan ada cinta tanpa adanya pengorbanan.
I love you full my daughter… maafin ibumu ini ya, kalu belum bisa memberikan yang terbaik untukmu. Tapi ibu ga akan pernah berhenti untuk selalu berusaha dan terus berusaha memberikan yang terbaik hanya untukmu, putriku, my princess.



Rabu, 16 September 2009

it's me

hidup semua orang pasti ga ada yang sama..
ada yang mulus2 aja tanpa ada masalah yang berarti, ada juga yang bergelombang..
ada yangg bergelombangnya cuma bukit2 kecil, ada juga yang gelombangnya segede gunung merapi.

it's me Achilia sasanti pernah mengalami kejutan besar di kehidupan..
dari kecil, hidup di keluarga yang cukup keras untuk pendidikan agama serta pendidikan etika. itu otomatis, karena bokap keturunan keraton.
semua orang di sekitarku memandang keluargaku adalah keluarga yang sempurna. hidup berkecukupan, berpendidikan tinggi, dan semua anggota jadi aktivis di gereja.
bahkan bokap seorang ketua RT.

tapi orang lain ga tau apa yang aku rasain tinggal di keluarga ini.
dari kecil selalu ditekan untuk bisa aktiv di gereja, lingkungan masayarakat. it's ok! But.. karena budaya keraton yang cukup kaku itu masih berlaku di keluargaku, semuanya jadi menyebalkan. bagi keluargaku, ayah adalah segala - galanya. bahkan ayah bagaikan raja. ayah selalu benar. ga ada yang berani membantahnya. ya mending2 kalo bokapku itu orangnya asyik. TAPI.. beliau seorang yang gualak dan kolot akan kebudayaan jawa. karena dari kecil kami diwajibkan menggunakan bahasa jawa yang baik dan benar, apalagi yang harus krama inggil, hubungan antar ortu dan anak di keluargaku jadi canggung. apalagi bokap dari kecil selalu pake kekerasan kalo aku lagi nakal. kalo beliau uda marah, ga ada yang berani menghentikannya. tapi anehnya bokap jadi lembut banget kalo ama anak laki - lakinya.
pilih kasih ga sie..??

seiring bertambahnya usia, aku jadi bertambah idealis. aku mulai berontak dengan suasana keluargaku yang seperti itu.
aku jadi sering membantah ayahku, sering keluar rumah karena aku ga bisa merasakan hangatnya keluarga di rumah, apalagi ortu sibuk ma urusannya masing2.

ahkirnya aku melampiaskan semuanya ke pacar. dia bisa ngasi perhatian yang aku harapkan. dia bisa mengubah pandanganku tentang laki2. karena dia ga seperti ayahku.
karena saking keterlaluannya pacaran. aku HAMIL DI LUAR NIKAH.

bisa bayangkan reaksi orang2 sekitar??
orang2 gereja, orang sekitar rumah. itu tantangan terbesar yang aku alami. sekarang umurku 21 tahun. aku hamil pas umur 20 tahun.

ok!! cukup sampai sini dulu..
next posting tentang kehidupanku yang gara2 hamil di luar nikah. ya karena kebodohanku sendiri.

Senin, 14 September 2009

hari ini....
baru mau mulai buat blog, uda disuruh pulang ama ndoro kakung...
jadi..,blm bisqa nulis apa2..